Aku berjalan menyusuri koridor sekolah yang ramai. Semua siswa terburu-buru untuk pulang kerumah mereka masing2. Dihela keramaian yang pengap itu, pikiranku melayang jauh menembus masa2 yang baru saja aku lewati. Ku renungi dengan hikmat apa yang ku terima hari ini.
"Harusnya sejak awal aku tak usah peduli dengan responnya!"
Kalimat itu terus mengiang2 di otakku, membuatku terus begitu menyesali apa yang sudah ku alami di dunia 'putih abu2' ini.
Masih ku ingat dengan baik kalimatnya di Inbox akun FB ku yang ku baca pagi ini. Rangkaian kata yang membuatku langsung berpikir bahwa ada secercah harapan didepan sana. Harapanku untuk bisa memilikinya,menyentuh hatinya,menggapai cintanya dengan hangat. Ah, betapa indahnya kenyataan jika semua sesuai dengan harapanku.
Peristiwa di Inbox itu menjadi satu2nya hal indah yang ku dapati setelah hampir setengah tahun ia sama sekali tak merespon perasaanku padanya. Pagi itu benar2 menjadi kejutan yang begitu indah bagiku. Membuatku semakin berharap lagi atas cinta ini. Aku sempat berpikir bahwa, tak lama lagi ia akan menjadi milikku.
Tapi, belum lama setelah aku menerima kejutan terindah itu, kuterima pula kejutan lain yang tak kalah mengejutkan hatiku. Kejutan yang meruppakan kenyataan terpahit yang sungguh tak kubayangkan akan ku dapati setelah pagi ini.
Seorang sahabat terdekatnya yang bernama, , sebut saja Nindi, memberitahuku sesuatu yang ku tau tak mungkin sekedar sekedar bualannya saja..
"MarLa, menurut aku Bayu itu tak lebih dari sekedar mempermainkanmu. Aku cukup lama berteman dengannya. Aku tau bagaimana ia serius dan bagaimana sebaliknya. Dan satu hal lagi, dia bukan tipe cowok yang mau menerima seseorang apa adanya, dia tipe pemilih. Dan maaf, aku harus jujur bahwa kamu benar2 jauh dari garis cewek2 idamannya. Jadi sebaiknya kamu tak usah berharap yang aneh2. Aku takut nantinya harapan2mu itu hanya akan menjadi pisau yang siap mencabik2 perasaanmu. Aku tau bagaimana rasanya sakit hati dan kecewa, dan aku rasa sebagai sesama cewek gak ada salahnya jika aku menc0ba untuk mengingatkan kamu,".
Itulah nasihat Nindi untukku. Tak ada yang salah dengan tutur panjang Nindi, semuanya benar dan nyata. Tapi 2 hal yang langsung kupahami, dia tak mungkin mencintaiku dan ini semua hanya permainannya saja. Itu berarti, Inbox itu pun bagian dari permainannya.
Tak sedikitpun aku meragukan perkataan Nindi yang tak lain juga ia adalah kekasih sahabatku. Mungkin benar jika ia hanya mempermainkanku, karena memang kenapa baru sekarang ia memberiku respon yang seperti itu? Aku tau dengan pasti bahwa semua persepsi Nindi itu benar.
***
Apa yang selanjutnya harus kulakukan terhadap cinta ini? Aku tak yakin bisa memusnahkannya begitu saja. Bahkan meskipun sudah tau bahwa ia jelas2 menyakitiku, tetap saja aku masih mencintainya. Aku benar2 bingung, dan tak berani menebak APA YANG AKAN TERJADI SETELAH HARI INI ?
~ The End ~
"Harusnya sejak awal aku tak usah peduli dengan responnya!"
Kalimat itu terus mengiang2 di otakku, membuatku terus begitu menyesali apa yang sudah ku alami di dunia 'putih abu2' ini.
Masih ku ingat dengan baik kalimatnya di Inbox akun FB ku yang ku baca pagi ini. Rangkaian kata yang membuatku langsung berpikir bahwa ada secercah harapan didepan sana. Harapanku untuk bisa memilikinya,menyentuh hatinya,menggapai cintanya dengan hangat. Ah, betapa indahnya kenyataan jika semua sesuai dengan harapanku.
Peristiwa di Inbox itu menjadi satu2nya hal indah yang ku dapati setelah hampir setengah tahun ia sama sekali tak merespon perasaanku padanya. Pagi itu benar2 menjadi kejutan yang begitu indah bagiku. Membuatku semakin berharap lagi atas cinta ini. Aku sempat berpikir bahwa, tak lama lagi ia akan menjadi milikku.
Tapi, belum lama setelah aku menerima kejutan terindah itu, kuterima pula kejutan lain yang tak kalah mengejutkan hatiku. Kejutan yang meruppakan kenyataan terpahit yang sungguh tak kubayangkan akan ku dapati setelah pagi ini.
Seorang sahabat terdekatnya yang bernama, , sebut saja Nindi, memberitahuku sesuatu yang ku tau tak mungkin sekedar sekedar bualannya saja..
"MarLa, menurut aku Bayu itu tak lebih dari sekedar mempermainkanmu. Aku cukup lama berteman dengannya. Aku tau bagaimana ia serius dan bagaimana sebaliknya. Dan satu hal lagi, dia bukan tipe cowok yang mau menerima seseorang apa adanya, dia tipe pemilih. Dan maaf, aku harus jujur bahwa kamu benar2 jauh dari garis cewek2 idamannya. Jadi sebaiknya kamu tak usah berharap yang aneh2. Aku takut nantinya harapan2mu itu hanya akan menjadi pisau yang siap mencabik2 perasaanmu. Aku tau bagaimana rasanya sakit hati dan kecewa, dan aku rasa sebagai sesama cewek gak ada salahnya jika aku menc0ba untuk mengingatkan kamu,".
Itulah nasihat Nindi untukku. Tak ada yang salah dengan tutur panjang Nindi, semuanya benar dan nyata. Tapi 2 hal yang langsung kupahami, dia tak mungkin mencintaiku dan ini semua hanya permainannya saja. Itu berarti, Inbox itu pun bagian dari permainannya.
Tak sedikitpun aku meragukan perkataan Nindi yang tak lain juga ia adalah kekasih sahabatku. Mungkin benar jika ia hanya mempermainkanku, karena memang kenapa baru sekarang ia memberiku respon yang seperti itu? Aku tau dengan pasti bahwa semua persepsi Nindi itu benar.
***
Apa yang selanjutnya harus kulakukan terhadap cinta ini? Aku tak yakin bisa memusnahkannya begitu saja. Bahkan meskipun sudah tau bahwa ia jelas2 menyakitiku, tetap saja aku masih mencintainya. Aku benar2 bingung, dan tak berani menebak APA YANG AKAN TERJADI SETELAH HARI INI ?
~ The End ~
*Baca juga yah cerpen lainnya klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thanks for read and please leave a comment :)