Part 1 klik disini
--- Part 2 ---
Di ruangan Raja Estes
"Ayahanda, aku punya satu permintaan sebelum nantinya aku menjadi suami orang."
"Apa itu ananda?"
"Aku ingin pergi ke suatu tempat dimana tak seorangpun tau."
"Apa maksudmu?" Estes mengerutkan keningnya.
"Ada satu tempat yang sangat ingin kukunjungi, namun aku hanya ingin pergi kesana seorang diri, tanpa pengawal, tanpa pengawasan. Aku berjanji akan jaga diri", pinta Alucard.
"Tidak. Itu akan sangat berbahaya bagi seorang pangeran berkeliaran tanpa pengawal", larang Estes dengan tegas.
"Aku akan mengenakan pakaian warga biasa, Ayah. Jadi tentunya tidak ada yang akan mengenaliku. Kumohon, ini satu-satunya permintaanku padamu selama ini bukan? Turutilah, sekali saja. Hanya beberapa hari"
"Ajak Natali bersamamu."
Alucard berfikir sesaat, menghela napas lalu menyetujui perkataan ayahnya. Iya pun bergegas ke kamar bersiap berangkat malam ini juga.
Dalam perjalanannya menuju kamar ia berpaspasan dengan Kagura yang tengah sibuk dengan payungnya. "Kagura, kebetulan sekali. Aku butuh bantuanmu".
****
Barang-barang sudah siap. Ia hanya tinggal mengambil kuda untuk berkendara, namun langkahnya dicegat oleh Natali. "Kau mau kemana? kenapa tergesa-gesa dan tak memberitahu?
"Kebetulan kau disini Natali, dengarkan aku. Aku akan pergi ke suatu tempat. Ada hal yang harus kuselesaikan seorang diri. Raja memintaku untuk mengajakmu, namun aku tak bisa. Karena tempat itu sangat rahasia, hanya aku seorang diri yang bisa pergi kesana."
Natali menaikkan alisnya sebelah, "aku tau ada yang sedang kau sembunyikan, Alucard", benaknya
"Berpura-puralah seolah kau tak ada di istana selama aku pergi agar Raja percaya bahwa kau ikut bersamaku. Kau mau melakukannya bukan?"
Natali memandang Alucard dengan tajam lalu menarik napas panjang, "Huh, okey. Pergilah."
"Terima kasih, kau memang sahabat terbaik", Alucard memeluk Natali sebagai ucapan terima kasih kemudian menunggangi kudanya dan berlalu dengan cepat.
Tak perlu pikir panjang, Natali pun langsung mengikuti Alucard melalui semak-semak di sepanjang hutan. Dengan jurus menghilangnya, melesit dengan cepat mengejar kuda Alucard yang terus berlari.
Malam mulai larut, Natali mulai kelelahan sebelum akhirnya ia melihat Alucard berhenti di tengah kerumunan orang-orang yang tampaknya juga sedang dalam perjalanan.
Ia menempatkan posisi sedekat mungkin agar dapat mendengar pembicaraan Alucard dengan orang-orang tersebut. Malam sungguh pekat, ia tak bisa melihat dengan jelas siapa sebenarnya orang-orang yang sedang berkumpul itu, dan untuk apa Alucard menemui mereka?
Pertanyaan tersebut langsung terjawabkan ketika ia mendengar suara Zilong yang menyadari kehadiran Alucard di hadapannya.
"Pangeran? Apa yang..."
"Ssst. Jangan panggil aku pangeran. Saat ini aku hanya warga biasa, panggil aku Alu.", bisik Alucard.
"Baik pangeran, ah, Alu... Tapi apa yang kau lakukan disini? Tempat ini tidak aman untukmu. Belum lagi, kau berkuda sendiri? Mana pengawalmu?", tanya Zilong penuh heran.
"Aku akan ikut denganmu untuk berperang melawan Balmond."
Zilong kaget tak habis pikir dengan perkataan sang Pangeran. "Tidak Alu. Aku tidak akan mengzinkanmu untuk ikut. Ini terlalu berbahaya. Aku mohon, kembalilah ke istana."
"Ini perintah, Zilong. Kau tidak bisa melarangku. Aku memerintahkanmu untuk membiarkanku ikut berperang. Karena tak hanya kau, aku pun ingin berjuang demi cinta."
Zilong terdiam sesaat, "cinta?" desisnya
"Ya, aku sangat mencintai Freya, bahkan dari kecil aku sudah mengaguminya. Dan dia sangat mencintaimu. Aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Freya jika sesuatu yang buruk terjadi padamu. Aku takut dia akan terpukul."
"Pangeran...." Zilong terenyuh, sungguh besar sekali hati pangeran ini, pikirnya.
"Jadi biarkanlah aku ikut denganmu, untuk memastikan bahwa kau akan kembali dengan selamat"
"Tapi jika aku kembali dengan selamat itu artinya pernikahan mu dengan Freya akan dibatalkan bukan? Lantas demikian, apa yang kau maksud berjuang demi cinta? Memastikanku selamat justru membuatmu gagal memiliki Freya"
"Yang terpenting bagiku adalah kebahagiaannya, yaitu menikah denganmu. Itu yang akan kuperjuangkan".
Zilong benar-benar kagum dengan ucapan sang Pangeran. Ia pun menundukkan kepalanya sebagai rasa hormat "Terima kasih Alucard."
Natali yang mendengar percakapan itu ikut terenyuh, dia tak sangka sahabatnya itu benar-benar memiliki hati seluas lautan, bahkan mungkin lebih dari itu.
"Tapi, apa Raja tau dengan tindakanmu ini?", tanya Zilong.
"Tidak, dan semoga tidak ada yang mengadu pada Raja mengenai kepergianku ini", alucard melirik halus ke arah dimana Natali bersembunyi.
"Sial, dia selalu bisa merasakan kehadiranku", desis Natali di balik semak-semak sambil sesekali menggaruk lengannya yang mulai digigiti serangga.
"Semua sudah kuatur. Tenang saja. Lagi pula aku sudah meminta Kagura untuk menyiapkan pasukan tambahan untuk ikut berperang. Aku yakin, kita pasti bisa mengalahkan Balmond dan pasukan iblisnya.", Alucard terdengar bersemangat.
Tak lama, merekapun pergi bergerombol menuju perbatasan.
****
Keesokan harinya, di tengah hutan, tak seberapa jauh dari kediaman Jendeal Tigreal.
"Ah, Leo! Kita gagal lagi! rusa itu pintar sekali menghindari seranganku. Sepertinya tidak ada makanan malam ini, Leo", Gadis yang masih berdarah peri itu terlihat kecewa karena rusa buruannya berhasil kabur.
"Butuh bantuan?", Freya datang menghampirinya sambil menebas ranting-ranting yang menghalangi jalannya.
"Freya! Aku senang kau datang. Kau lihat, aku sudah berburu dari subuh tapi gak satupun buruan kudapatkan". keluh irithel sambil bersandar di sisi singa kesayanganya.
"Kau yakin dia takkan melahapmu?" tanya Freya sambil menatap Leo dengan perasaan ngeri.
"Kau ini, seperti baru pertama kali bertemu Leo saja.", Tanpa takut Irithel justru mengelus-elus singa tersebut.
'ssskk skksk', terdengar suara aneh di semak-semak. Freya yang menyadari hal itu langsung berseru.
"Siapa itu?", tak ada jawaban. "Keluarlah, aku tau kau ada disana", Freya mengambil ancang-ancang untuk menyerang sumber suara berisik tersebut.
"Oke, oke.. Aku keluar", Natali pun memunculkan wujudnya tepat dihadapan Freya. "Aku Natali, pengawal khusus istana, sahabat pangeran Alucard".
Freya memperhatikannya sejenak. "Ya, aku pernah melihatmu saat berkunjung ke istana beberapa waktu lalu. Apa mau mu?"
"Wow, pengawal istana. Aku sangat ingin masuk ke dalam istana. Pasti sangat megah. Dari luar saja sudah sangat megah", Irithel dan Leo berjalan mendekati Natali, dan Natali pun mundur perlahan.
"Apa singamu kenyang? Aku tak berencana untuk menjadi menu makan siangnya", ucap Natali sedikit panik.
"Haha, kau lucu sekali. Jika ia ingin memakan manusia, tentunya akulah yang pertama kali disantap".
Irithel tertawa lepas sebelum ia menyadari ada seeokor rusa yang melintas disekitar. "Leo, makanan!", ia memberi isyarat pamit pada Freya dan natali kemudian berlari mengejar rusa yang malang itu.
Freya dan Natali saling pandang sejenak. Natali menarik napas ingin berbicara namun Freya langsung menyela "Jika kau menemuiku hanya untuk meyakinkan agar aku menerima perjodohan dengan Alucard, pulanglah. usahamu akan sia-sia". Freya berpaling hendak beranjak.
"Sama sekali tidak." Sahut Natali, Freya pun menghentikan langkahnya, kembali menatap gadis berjubah dengan tudung itu. "Pangeran menyusul kekasihmu ke perbatasan, sebenarnya aku tak ingin memberitahumu, tapi ntah kenapa naluri menyuruhku untuk menyampaikannya padamu.", lanjutnya.
Freya mengerutkan keningnya dengan ekspresi heran, " Aku benar-benar tidak paham dengan pemikiran pria. Mereka kira perang itu bercandaan?!" gerutunya.
"Ya, mereka sudah dibutakan oleh cinta, apa boleh buat"
"Aku tau Zilong mencintaiku. Tapi Alucard? Kurasa dia memang ingin bunuh diri"
"Alucard mencintaimu. Dari dulu, bahkan sebelum kau mengenal Zilong"
Freya terdiam sejenak, "mencintaiku?"
"Ya, aku juga heran, apa spesialnya dirimu sehingga ia sangat mencintaimu. Kau memang cantik, tapi cukup judes menurutku."
Freya memicingkan matanya, tapi kalimat Natali membuatnya berpikir, benarkah aku judes?
"Satu hal lagi yang ingin kusampaikan padamu. Dua lelaki yang mencintaimu itu saat ini sedang mempertaruhkan nyawanya, dan itu semua karena mu. Jika mereka berdua gugur dalam perperangan, aku berharap kau tak menyesali semuanya.", pungkas Natali.
"Kau memojokkan ku?"
"Tidak, hanya ingin kau sadar. Bahwa pangeran yang tak ingin kau nikahi itu rela mempertaruhkan nyawanya demi memastikan kekasihmu bisa pulang dengan selamat. Aku tak mengerti jalan peikirannya. Tapi yang pasti, kau sangat beruntung namun menyusahkan disaat yang bersamaan.", Natali menutup kalimatnya kemudian menghilang.
Freya terpaku seolah dihantam bertubi-tubi dengan ucapan Natali. "Kenapa serumit ini?"
****
--- Bersambung ---
--- Part 2 ---
Di ruangan Raja Estes
"Ayahanda, aku punya satu permintaan sebelum nantinya aku menjadi suami orang."
"Apa itu ananda?"
"Aku ingin pergi ke suatu tempat dimana tak seorangpun tau."
"Apa maksudmu?" Estes mengerutkan keningnya.
"Ada satu tempat yang sangat ingin kukunjungi, namun aku hanya ingin pergi kesana seorang diri, tanpa pengawal, tanpa pengawasan. Aku berjanji akan jaga diri", pinta Alucard.
"Tidak. Itu akan sangat berbahaya bagi seorang pangeran berkeliaran tanpa pengawal", larang Estes dengan tegas.
"Aku akan mengenakan pakaian warga biasa, Ayah. Jadi tentunya tidak ada yang akan mengenaliku. Kumohon, ini satu-satunya permintaanku padamu selama ini bukan? Turutilah, sekali saja. Hanya beberapa hari"
"Ajak Natali bersamamu."
Alucard berfikir sesaat, menghela napas lalu menyetujui perkataan ayahnya. Iya pun bergegas ke kamar bersiap berangkat malam ini juga.
Dalam perjalanannya menuju kamar ia berpaspasan dengan Kagura yang tengah sibuk dengan payungnya. "Kagura, kebetulan sekali. Aku butuh bantuanmu".
****
Barang-barang sudah siap. Ia hanya tinggal mengambil kuda untuk berkendara, namun langkahnya dicegat oleh Natali. "Kau mau kemana? kenapa tergesa-gesa dan tak memberitahu?
"Kebetulan kau disini Natali, dengarkan aku. Aku akan pergi ke suatu tempat. Ada hal yang harus kuselesaikan seorang diri. Raja memintaku untuk mengajakmu, namun aku tak bisa. Karena tempat itu sangat rahasia, hanya aku seorang diri yang bisa pergi kesana."
Natali menaikkan alisnya sebelah, "aku tau ada yang sedang kau sembunyikan, Alucard", benaknya
"Berpura-puralah seolah kau tak ada di istana selama aku pergi agar Raja percaya bahwa kau ikut bersamaku. Kau mau melakukannya bukan?"
Natali memandang Alucard dengan tajam lalu menarik napas panjang, "Huh, okey. Pergilah."
"Terima kasih, kau memang sahabat terbaik", Alucard memeluk Natali sebagai ucapan terima kasih kemudian menunggangi kudanya dan berlalu dengan cepat.
Tak perlu pikir panjang, Natali pun langsung mengikuti Alucard melalui semak-semak di sepanjang hutan. Dengan jurus menghilangnya, melesit dengan cepat mengejar kuda Alucard yang terus berlari.
Malam mulai larut, Natali mulai kelelahan sebelum akhirnya ia melihat Alucard berhenti di tengah kerumunan orang-orang yang tampaknya juga sedang dalam perjalanan.
Ia menempatkan posisi sedekat mungkin agar dapat mendengar pembicaraan Alucard dengan orang-orang tersebut. Malam sungguh pekat, ia tak bisa melihat dengan jelas siapa sebenarnya orang-orang yang sedang berkumpul itu, dan untuk apa Alucard menemui mereka?
Pertanyaan tersebut langsung terjawabkan ketika ia mendengar suara Zilong yang menyadari kehadiran Alucard di hadapannya.
"Pangeran? Apa yang..."
"Ssst. Jangan panggil aku pangeran. Saat ini aku hanya warga biasa, panggil aku Alu.", bisik Alucard.
"Baik pangeran, ah, Alu... Tapi apa yang kau lakukan disini? Tempat ini tidak aman untukmu. Belum lagi, kau berkuda sendiri? Mana pengawalmu?", tanya Zilong penuh heran.
"Aku akan ikut denganmu untuk berperang melawan Balmond."
Zilong kaget tak habis pikir dengan perkataan sang Pangeran. "Tidak Alu. Aku tidak akan mengzinkanmu untuk ikut. Ini terlalu berbahaya. Aku mohon, kembalilah ke istana."
"Ini perintah, Zilong. Kau tidak bisa melarangku. Aku memerintahkanmu untuk membiarkanku ikut berperang. Karena tak hanya kau, aku pun ingin berjuang demi cinta."
Zilong terdiam sesaat, "cinta?" desisnya
"Ya, aku sangat mencintai Freya, bahkan dari kecil aku sudah mengaguminya. Dan dia sangat mencintaimu. Aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Freya jika sesuatu yang buruk terjadi padamu. Aku takut dia akan terpukul."
"Pangeran...." Zilong terenyuh, sungguh besar sekali hati pangeran ini, pikirnya.
"Jadi biarkanlah aku ikut denganmu, untuk memastikan bahwa kau akan kembali dengan selamat"
"Tapi jika aku kembali dengan selamat itu artinya pernikahan mu dengan Freya akan dibatalkan bukan? Lantas demikian, apa yang kau maksud berjuang demi cinta? Memastikanku selamat justru membuatmu gagal memiliki Freya"
"Yang terpenting bagiku adalah kebahagiaannya, yaitu menikah denganmu. Itu yang akan kuperjuangkan".
Zilong benar-benar kagum dengan ucapan sang Pangeran. Ia pun menundukkan kepalanya sebagai rasa hormat "Terima kasih Alucard."
Natali yang mendengar percakapan itu ikut terenyuh, dia tak sangka sahabatnya itu benar-benar memiliki hati seluas lautan, bahkan mungkin lebih dari itu.
"Tapi, apa Raja tau dengan tindakanmu ini?", tanya Zilong.
"Tidak, dan semoga tidak ada yang mengadu pada Raja mengenai kepergianku ini", alucard melirik halus ke arah dimana Natali bersembunyi.
"Sial, dia selalu bisa merasakan kehadiranku", desis Natali di balik semak-semak sambil sesekali menggaruk lengannya yang mulai digigiti serangga.
"Semua sudah kuatur. Tenang saja. Lagi pula aku sudah meminta Kagura untuk menyiapkan pasukan tambahan untuk ikut berperang. Aku yakin, kita pasti bisa mengalahkan Balmond dan pasukan iblisnya.", Alucard terdengar bersemangat.
Tak lama, merekapun pergi bergerombol menuju perbatasan.
****
Keesokan harinya, di tengah hutan, tak seberapa jauh dari kediaman Jendeal Tigreal.
"Ah, Leo! Kita gagal lagi! rusa itu pintar sekali menghindari seranganku. Sepertinya tidak ada makanan malam ini, Leo", Gadis yang masih berdarah peri itu terlihat kecewa karena rusa buruannya berhasil kabur.
"Butuh bantuan?", Freya datang menghampirinya sambil menebas ranting-ranting yang menghalangi jalannya.
"Freya! Aku senang kau datang. Kau lihat, aku sudah berburu dari subuh tapi gak satupun buruan kudapatkan". keluh irithel sambil bersandar di sisi singa kesayanganya.
"Kau yakin dia takkan melahapmu?" tanya Freya sambil menatap Leo dengan perasaan ngeri.
"Kau ini, seperti baru pertama kali bertemu Leo saja.", Tanpa takut Irithel justru mengelus-elus singa tersebut.
'ssskk skksk', terdengar suara aneh di semak-semak. Freya yang menyadari hal itu langsung berseru.
"Siapa itu?", tak ada jawaban. "Keluarlah, aku tau kau ada disana", Freya mengambil ancang-ancang untuk menyerang sumber suara berisik tersebut.
"Oke, oke.. Aku keluar", Natali pun memunculkan wujudnya tepat dihadapan Freya. "Aku Natali, pengawal khusus istana, sahabat pangeran Alucard".
Freya memperhatikannya sejenak. "Ya, aku pernah melihatmu saat berkunjung ke istana beberapa waktu lalu. Apa mau mu?"
"Wow, pengawal istana. Aku sangat ingin masuk ke dalam istana. Pasti sangat megah. Dari luar saja sudah sangat megah", Irithel dan Leo berjalan mendekati Natali, dan Natali pun mundur perlahan.
"Apa singamu kenyang? Aku tak berencana untuk menjadi menu makan siangnya", ucap Natali sedikit panik.
"Haha, kau lucu sekali. Jika ia ingin memakan manusia, tentunya akulah yang pertama kali disantap".
Irithel tertawa lepas sebelum ia menyadari ada seeokor rusa yang melintas disekitar. "Leo, makanan!", ia memberi isyarat pamit pada Freya dan natali kemudian berlari mengejar rusa yang malang itu.
Freya dan Natali saling pandang sejenak. Natali menarik napas ingin berbicara namun Freya langsung menyela "Jika kau menemuiku hanya untuk meyakinkan agar aku menerima perjodohan dengan Alucard, pulanglah. usahamu akan sia-sia". Freya berpaling hendak beranjak.
"Sama sekali tidak." Sahut Natali, Freya pun menghentikan langkahnya, kembali menatap gadis berjubah dengan tudung itu. "Pangeran menyusul kekasihmu ke perbatasan, sebenarnya aku tak ingin memberitahumu, tapi ntah kenapa naluri menyuruhku untuk menyampaikannya padamu.", lanjutnya.
Freya mengerutkan keningnya dengan ekspresi heran, " Aku benar-benar tidak paham dengan pemikiran pria. Mereka kira perang itu bercandaan?!" gerutunya.
"Ya, mereka sudah dibutakan oleh cinta, apa boleh buat"
"Aku tau Zilong mencintaiku. Tapi Alucard? Kurasa dia memang ingin bunuh diri"
"Alucard mencintaimu. Dari dulu, bahkan sebelum kau mengenal Zilong"
Freya terdiam sejenak, "mencintaiku?"
"Ya, aku juga heran, apa spesialnya dirimu sehingga ia sangat mencintaimu. Kau memang cantik, tapi cukup judes menurutku."
Freya memicingkan matanya, tapi kalimat Natali membuatnya berpikir, benarkah aku judes?
"Satu hal lagi yang ingin kusampaikan padamu. Dua lelaki yang mencintaimu itu saat ini sedang mempertaruhkan nyawanya, dan itu semua karena mu. Jika mereka berdua gugur dalam perperangan, aku berharap kau tak menyesali semuanya.", pungkas Natali.
"Kau memojokkan ku?"
"Tidak, hanya ingin kau sadar. Bahwa pangeran yang tak ingin kau nikahi itu rela mempertaruhkan nyawanya demi memastikan kekasihmu bisa pulang dengan selamat. Aku tak mengerti jalan peikirannya. Tapi yang pasti, kau sangat beruntung namun menyusahkan disaat yang bersamaan.", Natali menutup kalimatnya kemudian menghilang.
Freya terpaku seolah dihantam bertubi-tubi dengan ucapan Natali. "Kenapa serumit ini?"
****
--- Bersambung ---