Kamis, 07 September 2017

ADA CINTA DI MOBILE LEGENDS - FAN FICTION (part.2)

Part 1 klik disini

--- Part 2 ---

Di ruangan Raja Estes


"Ayahanda, aku punya satu permintaan sebelum nantinya aku menjadi suami orang."


"Apa itu ananda?"


"Aku ingin pergi ke suatu tempat dimana tak seorangpun tau."


"Apa maksudmu?" Estes mengerutkan keningnya.


"Ada satu tempat yang sangat ingin kukunjungi, namun aku hanya ingin pergi kesana seorang diri, tanpa pengawal, tanpa pengawasan. Aku berjanji akan jaga diri", pinta Alucard.


"Tidak. Itu akan sangat berbahaya bagi seorang pangeran berkeliaran tanpa pengawal", larang Estes dengan tegas.


"Aku akan mengenakan pakaian warga biasa, Ayah. Jadi tentunya tidak ada yang akan mengenaliku. Kumohon, ini satu-satunya permintaanku padamu selama ini bukan? Turutilah, sekali saja. Hanya beberapa hari"


"Ajak Natali bersamamu."


Alucard berfikir sesaat, menghela napas lalu menyetujui perkataan ayahnya. Iya pun bergegas ke kamar bersiap berangkat malam ini juga. 


Dalam perjalanannya menuju kamar ia berpaspasan dengan Kagura yang tengah sibuk dengan payungnya. "Kagura, kebetulan sekali. Aku butuh bantuanmu".


****


Barang-barang sudah siap. Ia hanya tinggal mengambil kuda untuk berkendara, namun langkahnya dicegat oleh Natali. "Kau mau kemana? kenapa tergesa-gesa dan tak memberitahu?


"Kebetulan kau disini Natali, dengarkan aku. Aku akan pergi ke suatu tempat. Ada hal yang harus kuselesaikan seorang diri. Raja memintaku untuk mengajakmu, namun aku tak bisa. Karena tempat itu sangat rahasia, hanya aku seorang diri yang bisa pergi kesana."


Natali menaikkan alisnya sebelah, "aku tau ada yang sedang kau sembunyikan, Alucard", benaknya


"Berpura-puralah seolah kau tak ada di istana selama aku pergi agar Raja percaya bahwa kau ikut bersamaku. Kau mau melakukannya bukan?"


Natali memandang Alucard dengan tajam lalu menarik napas panjang, "Huh, okey. Pergilah."


"Terima kasih, kau memang sahabat terbaik", Alucard memeluk Natali sebagai ucapan terima kasih kemudian menunggangi kudanya dan berlalu dengan cepat. 


Tak perlu pikir panjang, Natali pun langsung mengikuti Alucard melalui semak-semak di sepanjang hutan. Dengan jurus menghilangnya, melesit dengan cepat mengejar kuda Alucard yang terus berlari.


Malam mulai larut, Natali mulai kelelahan sebelum akhirnya ia melihat Alucard berhenti di tengah kerumunan orang-orang yang tampaknya juga sedang dalam perjalanan.


Ia menempatkan posisi sedekat mungkin agar dapat mendengar pembicaraan Alucard dengan orang-orang tersebut. Malam sungguh pekat, ia tak bisa melihat dengan jelas siapa sebenarnya orang-orang yang sedang berkumpul itu, dan untuk apa Alucard menemui mereka?


Pertanyaan tersebut langsung terjawabkan ketika ia mendengar suara Zilong yang menyadari kehadiran Alucard di hadapannya.


"Pangeran? Apa yang..."


"Ssst. Jangan panggil aku pangeran. Saat ini aku hanya warga biasa, panggil aku Alu.", bisik Alucard.


"Baik pangeran, ah, Alu... Tapi apa yang kau lakukan disini? Tempat ini tidak aman untukmu. Belum lagi, kau berkuda sendiri? Mana pengawalmu?", tanya Zilong penuh heran.


"Aku akan ikut denganmu untuk berperang melawan Balmond."


Zilong kaget tak habis pikir dengan perkataan sang Pangeran. "Tidak Alu. Aku tidak akan mengzinkanmu untuk ikut. Ini terlalu berbahaya. Aku mohon, kembalilah ke istana."


"Ini perintah, Zilong. Kau tidak bisa melarangku. Aku memerintahkanmu untuk membiarkanku ikut berperang. Karena tak hanya kau, aku pun ingin berjuang demi cinta."


Zilong terdiam sesaat, "cinta?" desisnya


"Ya, aku sangat mencintai Freya, bahkan dari kecil aku sudah mengaguminya. Dan dia sangat mencintaimu. Aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Freya jika sesuatu yang buruk terjadi padamu. Aku takut dia akan terpukul."


"Pangeran...." Zilong terenyuh, sungguh besar sekali hati pangeran ini, pikirnya.


"Jadi biarkanlah aku ikut denganmu, untuk memastikan bahwa kau akan kembali dengan selamat"


"Tapi jika aku kembali dengan selamat itu artinya pernikahan mu dengan Freya akan dibatalkan bukan? Lantas demikian, apa yang kau maksud berjuang demi cinta? Memastikanku selamat justru membuatmu gagal memiliki Freya"


"Yang terpenting bagiku adalah kebahagiaannya, yaitu menikah denganmu. Itu yang akan kuperjuangkan".


Zilong benar-benar kagum dengan ucapan sang Pangeran. Ia pun menundukkan kepalanya sebagai rasa hormat "Terima kasih Alucard."


Natali yang mendengar percakapan itu ikut terenyuh, dia tak sangka sahabatnya itu benar-benar memiliki hati seluas lautan, bahkan mungkin lebih dari itu.


"Tapi, apa Raja tau dengan tindakanmu ini?", tanya Zilong.


"Tidak, dan semoga tidak ada yang mengadu pada Raja mengenai kepergianku ini", alucard melirik halus ke arah dimana Natali bersembunyi.


"Sial, dia selalu bisa merasakan kehadiranku", desis Natali di balik semak-semak sambil sesekali menggaruk lengannya yang mulai digigiti serangga.


"Semua sudah kuatur. Tenang saja. Lagi pula aku sudah meminta Kagura untuk menyiapkan pasukan tambahan untuk ikut berperang. Aku yakin, kita pasti bisa mengalahkan Balmond dan pasukan iblisnya.", Alucard terdengar bersemangat.


Tak lama, merekapun pergi bergerombol menuju perbatasan.


****


Keesokan harinya, di tengah hutan, tak seberapa jauh dari kediaman Jendeal Tigreal.


"Ah, Leo! Kita gagal lagi! rusa itu pintar sekali menghindari seranganku. Sepertinya tidak ada makanan malam ini, Leo", Gadis yang masih berdarah peri itu terlihat kecewa karena rusa buruannya berhasil kabur.


"Butuh bantuan?", Freya datang menghampirinya sambil menebas ranting-ranting yang menghalangi jalannya.


"Freya! Aku senang kau datang. Kau lihat, aku sudah berburu dari subuh tapi gak satupun buruan kudapatkan". keluh irithel sambil bersandar di sisi singa kesayanganya.


"Kau yakin dia takkan melahapmu?" tanya Freya sambil menatap Leo dengan perasaan ngeri.


"Kau ini, seperti baru pertama kali bertemu Leo saja.", Tanpa takut Irithel justru mengelus-elus singa tersebut.


'ssskk skksk', terdengar suara aneh di semak-semak. Freya yang menyadari hal itu langsung berseru.


"Siapa itu?", tak ada jawaban. "Keluarlah, aku tau kau ada disana", Freya mengambil ancang-ancang untuk menyerang sumber suara berisik tersebut.


"Oke, oke.. Aku keluar", Natali pun memunculkan wujudnya tepat dihadapan Freya. "Aku Natali, pengawal khusus istana, sahabat pangeran Alucard".


Freya memperhatikannya sejenak. "Ya, aku pernah melihatmu saat berkunjung ke istana beberapa waktu lalu. Apa mau mu?"


"Wow, pengawal istana. Aku sangat ingin masuk ke dalam istana. Pasti sangat megah. Dari luar saja sudah sangat megah", Irithel dan Leo berjalan mendekati Natali, dan Natali pun mundur perlahan.


"Apa singamu kenyang? Aku tak berencana untuk menjadi menu makan siangnya", ucap Natali sedikit panik.


"Haha, kau lucu sekali. Jika ia ingin memakan manusia, tentunya akulah yang pertama kali disantap".


Irithel tertawa lepas sebelum ia menyadari ada seeokor rusa yang melintas disekitar. "Leo, makanan!", ia memberi isyarat pamit pada Freya dan natali kemudian berlari mengejar rusa yang malang itu.


Freya dan Natali saling pandang sejenak. Natali menarik napas ingin berbicara namun Freya langsung menyela "Jika kau menemuiku hanya untuk meyakinkan agar aku menerima perjodohan dengan Alucard, pulanglah. usahamu akan sia-sia". Freya berpaling hendak beranjak.


"Sama sekali tidak." Sahut Natali, Freya pun menghentikan langkahnya, kembali menatap gadis berjubah dengan tudung itu. "Pangeran menyusul kekasihmu ke perbatasan, sebenarnya aku tak ingin memberitahumu, tapi ntah kenapa naluri menyuruhku untuk menyampaikannya padamu.", lanjutnya.


Freya mengerutkan keningnya dengan ekspresi heran, " Aku benar-benar tidak paham dengan pemikiran pria. Mereka kira perang itu bercandaan?!" gerutunya.


"Ya, mereka sudah dibutakan oleh cinta, apa boleh buat"


"Aku tau Zilong mencintaiku. Tapi Alucard? Kurasa dia memang ingin bunuh diri"


"Alucard mencintaimu. Dari dulu, bahkan sebelum kau mengenal Zilong"


Freya terdiam sejenak, "mencintaiku?"


"Ya, aku juga heran, apa spesialnya dirimu sehingga ia sangat mencintaimu. Kau memang cantik, tapi cukup judes menurutku."


Freya memicingkan matanya, tapi kalimat Natali membuatnya berpikir, benarkah aku judes?


"Satu hal lagi yang ingin kusampaikan padamu. Dua lelaki yang mencintaimu itu saat ini sedang mempertaruhkan nyawanya, dan itu semua karena mu. Jika mereka berdua gugur dalam perperangan, aku berharap kau tak menyesali semuanya.", pungkas Natali.


"Kau memojokkan ku?"


"Tidak, hanya ingin kau sadar. Bahwa pangeran yang tak ingin kau nikahi itu rela mempertaruhkan nyawanya demi memastikan kekasihmu bisa pulang dengan selamat. Aku tak mengerti jalan peikirannya. Tapi yang pasti, kau sangat beruntung namun menyusahkan disaat yang bersamaan.", Natali menutup kalimatnya kemudian menghilang. 


Freya terpaku seolah dihantam bertubi-tubi dengan ucapan Natali. "Kenapa serumit ini?"


****





--- Bersambung ---

Rabu, 06 September 2017

ADA CINTA DI MOBILE LEGENDS - FAN FICTION (part.1)

---- Part 1 ----

"Selesaikan hubunganmu dengan Zilong, Raja Estes sudah setuju untuk menjodohkanmu dengan anaknya, Pangeran Alucard"


"Tapi ayah...."


"Keputusanku sudah bulat", Tigreal bangkit dan meninggalkan putrinya, Freya yang mulai kebingungan.


Freya tersedu tanpa meneteskan airmata, karena menangis bukanlah kebiasaanya.


Keesokan harinya, Zilong memberanikan diri menghadap sang Jendral demi mempertahankan cintanya. Ia berlutut dihadapan Tigreal dengan penuh asa. "Kumohon Jendral, setidaknya beri satu syarat jika memang diharuskan, aku akan memenuhi syarat tersebut. Tolong, jangan pisahkan aku dan putrimu"


"Kau yakin dengan permintaanmu, ksatria?"


"Apapun itu asalkan bisa membuatmu menyetujui hubungan kami"


"Baiklah", Tigreal jalan mendekati Zilong yang mulai berdiri tegak. "Ada satu syarat".


Freya diam-diam menguping dibalik pintu, dengan hati yang risau. "Syarat itu pastinya tidak akan bisa dipenuhi oleh Zilong", benaknya.


"Kau tau bukan di perbatasan sedang ada perang besar dan kaum Peri tengah berupaya mencegah pasukan Balmond untuk masuk ke negri ini". Tigreal menatap tajam ke arah Zilong yg tak terlihat gentar dengan kalimat tersebut. "Pergilah kesana, kalahkan Balmond dan semua pasukannya tanpa tersisa seorang pun".


Zilong terbelak sedikit kaget, ia menghela napas dan mengalihkan pandangan dari tatapan Tigreal. "Sudah pasti aku akan mati jika pergi kesana", bisiknya dalam hati.


"TIDAK!", Freya berlari menghampiri dua pria yang sama-sama dicintainya itu. "Ayah, aku mohon. Jangan berikan syarat itu. Itu terlalu mustahil."


"Kekasihmu yang meminta syarat, aku hanya mengabulkannya"


"Zilong, jangan lakukan itu. Kumohon." Freya menggenggam erat kedua tangan Zilong seolah tak ingin melepasnya lagi, namun hanya perlu sepersekian detik bagi Tigreal untuk menarik putrinya menjauh dari ksatria tersebut.


"Aku tau kau takkan mau melakukannya. Jadi enyahlah, biarkan putriku bahagia dengan pangeran Alucard".


Belum ada lima langkah Tigreal menarik freya keluar ruangan, suara Zilong menghentikan mereka, "Aku menyetujui persyaratanmu, Jendral". ucapnya lantang.


"Huh?", Tigreal tersenyum sinis, anak ini benar-benar bodoh, pikirnya.


"Ayah kumohon, jangan seperti ini." Freya berusaha menggoyahkan hati Tigreal namun sia-sia.


"Masuklah ke kamarmu, Freya". Dan dua dayang-dayang langsung mengantarkan Freya menuju kamarnya sementara Zilong masih berdiri di ruangan tersebut dengan penuh keberanian.


"Baiklah. Siapkan pasukanmu. Pergilah esok sebelum matahari terbit. Dan jangan pernah sesali keputusanmu anak muda"


"Jika aku berhasil mengalahkan Balmond dan pasukannya, apakah kau akan menepati janji untuk membatalkan perjodohan Freya dengan pangeran Alucard kemudian setuju untuk menikahkan Freya denganku?"


"Tentu. Meskipun kita tau bahwa itu takkan pernah terjadi. Hanya keberuntungan yang bisa menyelamatkanmu, Zilong". Tigreal beranjak dengan hati yang cukup senang, menurutnya keputusan Zilong justru mempermudahnya untuk memisahkan Zilong dengan putrinya.


****


Freya mondar mandir tak tenang di kamarnya, sebelum tiba-tiba ada sekelebat bayangan hitam masuk dikamarnya. "Freya!", dan dalam sesaat seorang pria bersosok ninja muncul dari bayangan itu.


"Hayabusa? kau sangat tidak sopan"


"Kau sendiri mengapa tidak menutup jendela sudah malam begini? Berencana ingin melarikan diri kah?


"Diamlah!"


Benar, Freya hampir hilang akal. Dia sangat tidak menyukai kesepakatan antara Ayah dan kekasinnya.


"Ikutlah denganku. Zilong ingin menemuimu". Freya mengangguk. Beberapa saat kemudian mereka sudah menghilang dari kamar tersebut.


***


"Zilong...", Freya memeluk kekasihnya dengan erat.


"Hei, jangan menangis. Menangis tidak ada dalam kamus hidupmu, bukan?"


"Jangan pergi, aku mohon. Kaum peri saja tidak mempu mengalahkan mereka, apalagi kau yang hanya seorang ksatria? Kau tidak akan berhasil. Kau akan mati sia-sia disana!"


"Tidak ada yang sia-sia dalam hidup ini, Frey. Aku mau kau percaya padaku. Jikapun nanti aku memang harus gugur di medan perang, maka kurasa lebih baik begitu, lebih baik maut yang memisahkan kita daripada aku harus diam melihatmu dipersunting pria lain". Kalimat panjang Zilong seketika membuat Freya meneteskan airmata dan kembali memeluk erat pria tampan yang sangat ia cintai itu.


"ironis sekali...." desis Hayabusa yang kehadirannya tak dianggap oleh sepasang kekasih tersebut.


"Percayalah padaku. Aku akan berusaha sekuat tenaga, demi cinta kita."


Dengan berat hati Freya menganggukkan kepalanya, ia menghapus air mata dipipinya lalu mencoba untuk tersenyum, "Baiklah, doaku menyertaimu. Berjanjilah kau akan kembali dengan selamat"


"Kita sama-sama tau bahwa aku tidak bisa menjanjikan hal itu, Frey"


Freya kembali terisak, dan Zilong memeluknya, "Percayalah semua akan baik-baik saja. Aku mencintaimu".


"Aku mencintaimu".


Hayabusa bergeming, "adakah yang mencintaiku?" benaknya.


Malam kian larut, suara jangkrik semakin riuh menemani haru pilu sepasang kekasih itu.


"Aku harus segera pergi. Kau pulanglah, tidurlah yang nyenyak. Jangan khawatirkan aku. Hayabusa akan mengantarkanmu".


Zilong mengecup mesra kening gadis berambut biru itu. Lalu pergi dan menghilang ditengah gelap malam.


Dengan cepat Hayabusa menggunakan jurus bayangannya dan sesaat mereka sudah tiba di kamar Freya lagi. "Selamat tidur" ucapnya sebagai perpisahan, namun belum sempat ia mengeluarkan jurus untuk menghilang, Freya menahannya.


"Hayabusa, bantulah aku. Kabari aku mengenai apapun yang terjadi pada Zilong dan pasukannya di perbatasan. Setiap hari."


Hayabusa menghela napas, "Sungguh merepotkan. Tapi baiklah". ia siap-siap mengeluarkan jurus sebelum mengucap kalimat terakhir, "Hei, kau harus percaya pada Zilong.", ia menutup kalimatnya dengan senyum lalu menghilang.


***


Sementara itu di istana...


Alucard berdiri sendiri di beranda kamarnya yang megah menatap lurus ke pepohonan yang jauh diluar tembok pagar istana, tapi sepertinya ia tak benar-benar sendirian.


"Berhentilah bersembunyi, Nat." ucapnya tanpa berpaling.


"Oops. Ketahuan", Natali seketika muncul berdiri di sebelah Alucard yang terlihat galau. "Bukankah kau mau menikah, kenapa murung begini?"


"Freya sudah pasti menolak perjodohan ini. Kita semua tau bahwa dia sangat mencintai Zilong"


"Tapi perjodohan ini kan perintah Raja dan jendral Tigreal, aku yakin Freya tidak akan melawan Raja, apalagi melawan ayahnya sendiri"


"Aku cukup mengenal Freya dengan baik. Aku cukup tau bagaimana dia mencintai Zilong dengan sangat. Dia pasti menentang perjodohan ini. Lagi pula, meskipun aku mencintainya, aku tak tega jika harus memaksanya menikah dengan ku, karena menikah dengan pria yang tak dicintai pasti akan membuatnya tersiksa seumur hidup. Aku tak mau itu terjadi, Nat"


Natali terdiam, ia salut dengan ucapan sang pangeran yang sudah seperti sahabatnya, sedikit kasihan juga.


"Tok tok tok", seseorang mengetuk pintu dari luar kamar. "Pangeran, ini aku, Kagura", kata seorang wanita yang tadi megetuk pintu.


"Masuklah", sahut Alucard.


Lalu gadis mungil berambut putih dengan balutan kimono berwarna biru muncul dari balik pintu dan berjalan menghampiri Alucard dan Natali di beranda kamar.


"Pangeran, Jendral Tigreal sedang menemui baginda Raja. Kiranya mungkin kau perlu mengetahui hal ini?"


"Oh ya? Setahu ku tidak ada janji pertemuan"


"Mungkin sebaiknya kau menyusul, siapa tau membicarakan hal penting mengenai perjodohanmu dengan Freya", gagas Natali.


Dan mereka bergegas menuju ruangan dimana Raja Estes dan Jendral Tigreal berada.


****


"Lantas bagaimana jika Zilong berhasil mengalahkan Balmond dan pasukannya?" hentak Estes dengan nada sedikit marah.


"Tenang baginda, itu sungguh tidak mungkin. Saya yakin Zilong dan pasukannya takkan berhasil. Kita sudah pernah kirimkan pasukan terbaik kita namun mereka semua gagal dan gugur dalam perang. Sangat kecil kemungkinan Zilong akan kembali dengan selamat, baginda".


"Meskipun 0,01% itu tetaplah kemungkinan. Selalu ada kemungkinan bahwa Zilong akan memenangkan perperangan disana."


"Baginda, anda tidak perlu khawatir. Saya psstikan pernikahan Freya dan Pangeran Alucard tidak akan dibatalkan meskipun Zilong kembali dengan selamat"


"Saya tidak setuju!" Alucard yang sedari tadi sudah mendengar percakapan langsung menyela kalimat Tigreal yang belum sepenuhnya usai. "Maaf saya menyela, tapi saya tidak akan menikahi Freya dengan cara seperti itu, Jendral", lanjut Alucard setelah sesaat menundukkan kepalanya sebagai salam hormat. Sementara Natali dan Kagura berdiri diam dibalik pintu, mendengarkan pembicaraan yang tak seharusnya mereka dengarkan itu.


"Alucard, pernikahanmu dan Freya akan tetap terlaksana. Ingat itu adalah permintaan terakhir ibumu dan aku sudah berjanji untuk memenuhinya." Sahut Estes.


"Tapi ayahanda, Jendral Tigreal sudah melakukan perjanjian yang lain dengan Zilong. Sangatlah tidak pantas jika beliau tidak mengikuti perjanjian itu sebagaimana mestinya."


Tigreal terdiam, sesunggugnya ia pun mulai khawatir jika benar Zilong berhasil mengalahkan Balmond dan pasukannya, itu berarti dia sudah membuat raja kecewa.


"Lagi pula, mungkin memang sebaiknya pernikahan itu tidak pernah terjadi. Karena meskipun saya sangat mencintai Freya dari dulu, memaksanya untuk menikah dengan saya, saya yakin hanya akan menyakitinya. Saya tidak ingin itu terjadi, saya tidak ingin menyakitinya".


Mendengar kalimat panjang Alucard, Estes menghela napas dan memejamkan mata, sesaat bayangan mendiang ratu Aurora muncul di benaknya "ia benar-benar persis seperti ibunya, tidak ingin menyakiti orang lain meski sedikit", pikirnya.


"Baiklah." Estes bangkit berdiri berniat beranjak meninggalkan ruangan. "Kita tunggu sampai ada kabar mengenai Zilong dan pasukannya", ia pun berlalu keluar ruangan.


Kagura yang menyadari langkah kaki sang Raja langsung buru-buru mencari tempat bersembunyi, sementara natali cukup mengeluarkan jurus menghilangnya. Tak lama setelah Estes berlalu, mereka pun masuk ke ruangan yang hanya tersisa Alucard dan Tigreal di dalamnya.


"Pangeran, kata-katamu sungguh membuatku terenyuh. Kau sangat mirip dengan mendiang Ratu Aurora. Tapi satu hal yang perlu kau pahami...", Tigreal berjalan mendekati Alucard lalu memegang pundaknya. "Orang yang mencintai takkan menyakiti orang yang dicintainya dan pasti akan berusaha menemukan cara untuk membuatnya berbalik dicintai". Tigreal tersenyum simpul lalu meninggalkan ruangan.


Alucard pun langsung bergegas meninggalkan ruangan "aku mau menemui Raja", ucapnya ketika berpaspasan dengan Natali dan Kagura.


"Begini rasanya patah hati", desis Kagura.


"Sabar ya", sahut Natali sambil menepuk pundak Kagura. "Aku kan sudah pernah memperingatimu, kita disini untuk menjaga istana dan isinya, bukan untuk jatuh cinta. Jadi berhentilah mencintai".


"Tapi jatuh cinta itu bukan hal yang direncanakan, Nat. Bukan kehendakku untuk mencintai Pangeran. Dan kehadiran cinta juga tak bisa ditolak. Sementara memusnahkannya butuh waktu yang tak sebentar." Gumam Kagura sambil tersenyum miris.


"Ya ya. Terserah apa katamu. Ngomong-ngomong, dimana payungmu?"


"Lagi dipinjam sama paman Bane".


***


---Bersambung---



Part 2 klik disini






Bantu share ya biar penulis semangat ngelanjutinnya hihihi

FOLLOWERS