Sabtu, 28 April 2012

Hanya karena CINTA....


Suasana kampus sudah sepi….

Sore itu, kulihat Arin terburu-buru meninggalkan kampus. Namun belum sempat ia keluar gerbang, aku mencegatnya. Aku tahu ada yang disembunyikannya dariku.

“Rin ! Tunggu!”, aku menahan langkahnya dan ia terlihat panik seperti orang ketakutan. Arin terus melawanku, ia tetap ingin pergi, namun aku tetap menghalanginya. “Lo kenapa sih??! Lo tuh berubah, jadi aneh, aneh banget! Apa ini ada hubungannya dengan Dio?”

“Jangan sebut-sebut nama baj*ngan itu lagi!”, Arin menjawab dengan nada yang ditekankan, airmatanya berlinang.

“Tapi ini gak normal, Rin! Sebenernya lo kenapa sih? Apa lo ga sadar sikap lo akhir-akhir ini makin aneh. Lo jadi tertutup sama gue! Gue ini masih sahabat lo, kan?!” Arin terdiam, ia tak berani menatap mataku. 


Setelah kuprhatikan, dari tadi ia mendekap erat tasnya, seperti ada sesuatu di dalam tas itu. “Apa yang lo sembunyiin di dalam tas lo?” tanyaku pelan.

“Gak ada !”, Arin tampak panik dan mulai kabur lagi, namun lagi-lagi kuhalangi. “Udah deh, lo ga usah sok peduli sama gue!”

“Gue gak sok, tapi emang peduli! Sekarang gue mau lihat apa isi tas lo!”, aku mencoba merampas tasnya. Setelah terjadi tarik-menarik, akhirnya tas kulit import bercorak garis itu terjatuh dan menumpahkan semua isi yang ada di dalamnya. Dan ternyata…. “Rin, lo make??!” 

Aku kaget melihat barang-barang yang berjatuhan dari isi tas itu. Puluhan pil ekstasi, sebuah jarum suntik, dan serbuk-serbuk aneh lainnya yang aku tahu pasti itu narkoba! 

Arin langsung memasukkan barang-barang tersbut kembali kedalam tasnya, kemudian menatapku “Gue hancur, Nit! Gue hancur sejak Dio nyampakkin gue gitu aja, terlebih dengan alasan yang sulit buat gue terima..”, nadanya miris, tatapannya tajam ke arahku, airmatanya menetes.

“Gak Rin, lo gak boleh kayak gini! Dio itu emang gak pantas buat lo dan gak seharusnya lo jadi berantakkan kayak gini Cuma gara-gara dia!”

“Bukan Cuma gara-gara dia, tapi juga karena gara-gara lo! Hubungan gue dan Dio ga akan rusak kalo dia gak pernah jatuh cinta sama lo!”

Aku kaget mendengar perkataan Arin yang tak bias kupercaya. Bagaimana mungkin???

Arin langsung pergi meninggalkanku. Berlalu dengan mobil merah pemberian terakhir orangtuanya. Tak lama kemudian, dari arah yang berbeda kulihat Dio dan teman-temannya sedang bersenda gurau, tanpa pikir panjang aku langsung menghampiri mereka.

“Dio, gue mau ngomong sama lo!”, dia menatapku…

“Hai Nita, uda lama kita ga ngobrol…” katanya cengengesan.

PLAKK!! Tak dapat kutahan, tamparanku langsung mendarat di pipi cowok berkulit putih yang terkenal playboy itu. “Lo gak punya otak ya?!”

Dio terlihat bingung, “Lo kenapa sih, Nit? Salah gue apa? Kenapa lo tiba-tiba marah-marah kaya gini?”

“Kalo gue sebut nama Arin, apa lo bakal sadar apa yang udah lo lakuin ke dia? Apa yang udah lo lakuin sampe sekarang tuh hidupnya hancur?! Dia sekarang jadi pemake! Itu gara-gara lo nj*r ! Sarap lo ya! Dan sekarang dia udah ngejauhin gue gara-gara………!” tenggorokkanku tercekat, rasanya benar-benar kelewatan!

“Gara-gara kenyataannya gue cinta sama lo?”, Dio melanjutkan kalimatku.. “Nit, gue udah coba jelasin ke Arin soal perasaan gue, tapi..”

“Tetep aja lo tu bangs*t!”, aku meninggalkannya…

Aku benar-benar bingung dengan situasi ini. Arin satu-satunya sahabat terbaikku, sekarang semuanya hancur hanya gara-gara satu cowok. Jujur aku prihatin dengan keadaan Arin yang sampai terjerumus ke lembah narkoba. Aku harus melakukan sesuatu untuk mengembalikan Arin, Arin sahabatku yang dulu, yang selalu ceria dan selalu terbuka padaku. Mengenai Dio, apa benar dia mencintaiku? Ah, persetan dengan cowok playboy itu.

*** 

Malam harinya..

Tiba-tiba aku mendapat telepon dari rumah Arin, bukan dari Arin ataupun orangtuanya, namun dari Bi Susi, satu-satunya orang yang menemani dan menjaga Arin di rumah sejak kedua orangtuanya meninggal dunia.

Bi Susi menyuruhku menemui Arin di rumahnya, dia memintaku untuk membujuk arin keluar kamar karena sejak balik dari kampus sampai malam ini ia belum makan. Bi Susi khawatir dengan keadaan gadis berusia 19 thn itu.

Setelah tiba di rumah mewah warisan orangtua Arin, aku langsung menuju kamarnya dan membujuknya untuk membuka pintu. Namun usahaku sia-sia2, sedikitpun Arin tak memberiku respon.

“Mba Nita, sudah hampir seminggu non Arin selalu begini, bibi khawatir mba.. Bibi takut terjadi apa-apa dengan non Arin..” isak bi Susi sambil mengusap airmatanya. Ia sudah menganggap Arin seperti anaknya sendiri.

Akupun khawatir, apalagi setelah menyadari bahwa aku turut andil dalam hancurnya hubungan Arin dan Dio. Tapi aku bisa apa? Aku bingung!

Setelah beberapa menit menunggu respon Arin dari dalam kamar yang tak kunjung datang, akupun berinisiatif untuk mendobrak pintu kamarnya, tapi ya gak mungkinlah! Aku kan cewek, mana kuat ngedobrak pintu? Akhirnya kucoba cara lain, mungkin jendela kamarnya tidak dikunci.

Yaaa dan akupun berhasil bersikap bagaikan maling yang diam-diam menyelundup ke kamar Arin. Seperti tak ada kehidupan, tak ada cahaya didalam kamar itu. Gelap. Dan dimana Arin?

Setelah kunyalakan lampu kamar itu, aku shock!! Arin tergeletak di pojok kamarnya dengan keadaan yang tak ingin kulihat dari Arin. Ia benar-benar berantakkan. Dan kamar ini benar-benar kacau! Putaw, sabu, serbuk2 lainnya tergeletak dimana-mana. Sepertinya Arin baru saja melakukan pesta narkoba untuk dirinya sendiri. Air mataku menetes, kulihat Arin bertingkah bagaikan orang asing yang sesekali tersenyum, sesekali mengerang, bibirnya pucat, tatapan matanya kosong..

“Rin, Lo kenapa jadi kayak gini sih…???”
Arin hanya tersenyum menatapku dengan tatapan hampa. Aku memeluknya erat “Rin, cukup ini pertama dan terakhir gue lihat lo kaya gini! Lo harus terlepas dari semua ini! Harus!!”

Malam itu, aku memilih untuk menemaninya. Sambil merapikan kamar yang benar-benar berantakkan ini. Tak sengaja aku menemukan foto Dio yang sudah tercoret-coret dengan tinta merah. Tak bisa kubayangkan bagaimana hancurnya perasaan yang dirasakan oleh Arin, tapi aku tahu, ini pasti sangat menyakitinya.

****

Esok paginya di rumah Arin..

Arin terbangun dan menyadari keadaan kamar sudah berubah.

“barang-barang gue?!!!?” ia panik , ia mulai mengobrak-abrik kamar sampai semua kembali berantakkan.

“Anj*ng!!!!!!!!”

Arin marah besar, ia langsung menghampiri Bi Susi yang sedang menyiapkan sarapan di ruang makan.

“Pagi Non, sudah bangun? Ayo mau sarapan dulu? Bibi udah buatin roti selai kesukaan Non Arin”

“Lo buang kemana barang-barang dikamar gue?!”, Arin langsung membentak Bi Susi yang langsung kaget melihat Arin membentaknya. “JAWAB!!”

“Maaf Non, tapi bibi ga tahu apa-apa soal barang-barang dikamar non. Bibi kan ga pernah masuk lagi ke kamar Non sejak…”

“Bullshit !!! sekarang lo kasih tau ke gue dimana lo umpetin barang-barang gue?!”

“Sumpah Non, bibi ga tau apa-apa…” bi Susi pun menangis.

Arin terdiam sesaat… “Oke, kalo emang bukan Lo yang masuk ke kamar gue, sekarang kasih tau siapa yang semalam bongkar-bongkar kamar gue???!! Jawab !”

“Bibi gak tau Non, semalam cuma mba Nita yang…”

“oh jadi Nita??!! Lo nyuruh Nita datang kesini???? Gue kan udah bilang sama lo gak ada yang boleh datang ke rumah ini, siapapun!”

“maafin bibi, Non. Tapi semalam keadaannya benar-benar berbeda, bibi hanya…”

“Denger baik-baik ya! Ini hari terakhir lo nyiapin sarapan buat gue! Besok lo boleh angkat kaki dari rumah ini!”

Setelah membentak bi Susi, Arin kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap menghampiri Nita di kost-kostannya. Dan bi susi hanya bisa mengelus dada, ia menangis pilu..

***

-Nita vers.-

Semoga apa yang kulakukan ini akan merubah sesuatu, aku benar-benar berharap Arin bisa kembali lagi seperti yang dulu. Segala jenis narkoba yang kudapat dikamar Arin sudah ku buang ke laut. Arin gak boleh pake barang-barang haram itu lagi. Sedikit banyaknya, aku yakin pasti akan ada yang berubah…

Brrrmmmmzz….

Tiba-tiba aku mendengar suara mobil didepan kostsan. Dan sepertinya itu…. “Arin??”

Aku langsung buru-buru membuka pintu kamar. Berharap Arin sudah berubah dan menyadari bahwa ia lebih baik tanpa barang-barang harap itu.

Ketika melihatku, ekspresi wajah Arin benar-benar marah. Ya Tuhan, semoga Arin bisa mengerti kenapa aku membuang barang-barang haram itu….

“Lo maunya apa sih Nit?? Belum cukup lo ganggu hidup gue? belum cukup lo ngerusak hubungan gue dengan Dio? Sekarang lo mau ngerusak kebahagian yang sedang gue nikmati belakangan ini?????”

“Rin?? Lo nyadar gak sih apa yang barusan lo bilang?? Gue ini sahabat lo Rin! Kita udah kenal sejak SMP! 8 tahun kita susah senang bareng! Cuma gara-gara satu cowok brengs*k kaya Dio lo tega nuduh gue ngerusak hidup lo????!”

“Gue ga nuduh lo Nit! Tapi emang kenyataannya kaya gitu! Terserah deh ya, gue ga peduli lagi tentang persahabatan kita. Menurut gue semuanya udah hancur! Sekarang  gue minta lo balikkin barang-barang gue yang udah lo ambil..” intonasi Arin melambat…

“Gak, lo tetep sahabat gue Rin. Gue gak peduli lo mau nganggep persahabatan kita masih ada atau tidak. Gue tetep sahabat lo! Dan gue ga akan balikkin barang-barang haram itu karena gue ga mau lo semakin hancur, Rin!”

“Tapi gue udah terlanjur terjerumus Nit! Percuma lo mau bilang apa juga gue tetep butuh barang-barang itu! Kalo gak gue bisa mati!”

“Lebih baik lo mati dari pada gue harus liat jadi pecandu narkoba! Lo gak tau kan gimana sakitnya hati gue semalam waktu lihat lo sakaw?! Lo bener-bener menyedihkan dan gue gak mau lo kayak gitu!”
Emosiku memuncak, kata-kataku tak dapat di-rem. Hatiku sakit dituduh sebagai sahabat perusak hidup orang.

Arin terdiam mendengar kalimat terakhirku tadi. Lalu tersenyum dan berkata, “well, kalo emang menurut lo lebih baik gue mati…”

“Rin, bukan gitu maksud gue…”

Arin pergi, dan aku tak menghalanginya “Lo harus ngerti Rin, sebagai sahabat, gue sayang sama lo!”
Arin memutar balik mobilnya, meninggalkan halaman kost-an ku dengan mobilnya.. Suasana kembali sepi.. Sesaat hanya terdengar lalu lalang kendaraan dijalanan. Mendadak perasaanku tak enak..

DHUARRRKK!! TIIIINNTTTT Tiiiiiinnnt!!!! 

Tiba-tiba terdengar keributan dijalan raya yang berada tepat didepan kost-an ku, aku berlari mencoba melihat apa yang terjadi. Ibu-ibu setempat sudah histeris “kecelakaan!”

“mobil yang merah itu yang nabrak!”

“iya ya, sepertinya mobil itu memang sengaja menabrak truk pengangkut barang itu”

Mobil merah…….

Aku benar-benar penasaran. Dan setelah tiba di TKP, ternyata apa yang kutakutkan terjadi. Itu mobil Arin.

“ARIIN!!!!!!” Aku histeris, ingin kuhampiri Arin yang terlihat sekarat didalam mobil yang sudah setengah terbakar, namun warga setempat menghalangi karena takut kendaraan itu akan meledak.

Jadi ini maksud kalimat terakhir dari Arin… Bukan, itu bukan kalimat Arin, tapi aku yg mengucapkannya… ‘lebih baik mati…’

“BODOH!!!!!!”

Tak ada yang bisa kulakukan lagi.. Arin sudah tiada.. maafkan aku Arin.. maaf :(
 
***
Kisah ini, konyol… Hanya karena Cinta, aku kehilangan sahabatku,, sedangkan cinta itu sendiri, ‘Dio’, ia bahkan tak menghiraukan semuanya.. Sekarang Dio sudah bahagia denga pacar barunya. Dan mengenai apa yang dikatakan Arin waktu itu, bahwa Dio mencintaiku, itu hanya omong kosong.. Mungkin itu hanyalah alasan Dio supaya bisa memutuskan hubungan dengan Arin...

Ya Tuhan, semuanya benar-benar berakhir sia-sia...

maafkan aku Arin, semoga kau tenang disana…

~The End~

*Baca juga yah cerpen lainnya klik disini

34 komentar:

  1. Satu Kata Buat Cepen ini KEREN !!
    Pengen nangis jadinya :(

    BalasHapus
  2. sumpahh... kereeennn critanyaaa,,,,

    BalasHapus
  3. bagus banget ceritanya :) mengharukan sekali :(

    BalasHapus
  4. hayyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy ....
    para penggemarku skalian :$

    BalasHapus
  5. najoong merusak pemandangan deh-__-

    BalasHapus
  6. menyentuh jiwa, kerreeeeenn

    BalasHapus
  7. 10JEMPOL DEH :)

    BalasHapus
  8. so awesome story :')

    BalasHapus
  9. Keren banget :)
    jadiin novel dong kak :D

    BalasHapus
  10. keren .
    terharu deh :')

    BalasHapus
  11. nama gue... Arin. Kenapa hrs gua?wkwk gpp deh tp keren kok! :) -_____-

    BalasHapus
  12. nama gue... Arin. Kenapa hrs gua?wkwk gpp deh tp keren kok! :) -_____-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha kebetulan bgt yah :D
      Thanks uda baca :*

      Hapus
  13. mantapp nii cerpen
    ada lagi gak min cerpen??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Adaaaaa
      Ntar dipublish lagi yah :* hehehhe

      Hapus
  14. keren banget bangett ceritanya :')

    BalasHapus
  15. Ceritanya bagus. Jadi terharu :')

    BalasHapus

thanks for read and please leave a comment :)

FOLLOWERS