Kamis, 15 November 2012

No Title


“kenalin, ini Tania.”

“Tania…”

“Reza…”

Kedua temanku itu berjabat tangan sesaat sebagai salam perkenalan. “So, Tan.. ini Reza yang kemarin gue ceritain soal design grafis itu.”

Tania tersenyum, dan kami bertiga melewatkan pembicaraan asik di café itu.

Pembicaraan yang mengawali semuanya. Semua dilema yang terpaksa harus kualami.

***

“Lo uda lama kenal sama Tania?”

“belum sih, emang kenapa?”

“Ya gak papa, cuma amazing aja kayanya kalian udah temenan lama…”


Kira-kira begitulah percakapan antara aku dan Reza ketika dia mengantarkanku pulang setelah pertemuan dengan Tania tadi.

Reza, seorang cowok yang baru ku kenal beberapa bulan terakhir. Kami kenal di dunia maya, dan perkenalan itu merambat ke dunia nyata hingga membuat aku ‘mengenalnya’. Sedangkan Tania, seorang cewek yang juga ku kenal di dunia maya, dan kami berteman baik meski baru kenal beberapa minggu terakhir. Aku mempertemukan kedua sosok itu untuk suatu keperluan, bisnis. Tapi aku sama sekali tak menyangka bahwa ‘pertemuan’ itu berujung pahit untukku.

Tak lama di perjalanan, akhirnya aku tiba di rumahku. Dan cowok berkacamata itu langsung pulang ke rumahnya berhubung waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam.

“Thanks ya udah kenalin gue sama Tania. Semoga semuanya berjalan lancar”… ini kalimat Reza sebelum ia dan mobil sedannya berlalu dari halaman depan rumahku.

Aku suka dia.

Aku sudah menyadari perasaan ini sejak sebulan yang lalu. Sejak ia bersikap ‘seolah-olah menyukaiku’. Entahlah apa aku yang terlalu keGRan atau memang ia menyukaiku? Entahlah.

Pertemananku dan Reza tadinya biasa-biasa saja. Namun semua menjadi tak biasa setelah ‘kejadian’ itu. Kejadian yang membuatku tertarik padanya, kejadian yang membuatku mengira bahwa ia tertarik padaku, kejadian yang membuatku menyukainya, membuatku ingin memilikinya.

Ya, kejadian saat ia marah ketika aku cuek padanya, saat ia berusaha mencari perhatian dariku, saat ia selalu mengawali pembicaraan di BBM, twitter, facebook, dll. Dia yang mengawali semuanya. Perasaan ini pun, dia yang menyebabkannya. Kalau saja ia tak bersikap seperti ‘itu’, mungkin perasaan ini takkan pernah muncul.

Ah, semua sudah terjadi. Aku sudah terlanjur jatuh cinta padanya.

Entahlah Reza menyadari perasaanku ini atau tidak. Entahlah apa dia benar menyukaiku atau tidak. Entahlah rasa ini benar-benar cinta atau hanya kagum sementara… Entahlah.

Entahlah rasa ini akan terbalas, atau tidak.

***

~Sebulan Kemudian~

Kudengar, bisnis proyek yang dijalankan oleh Reza dan Tania berjalan lancar. Aku turut bahagia mendengar kabar baik itu. Namun, aku tak pernah tau sejauh apa pertemanan antara kedua insan yang sama-sama keturuan Jawa itu. Yang aku tahu selama ini mereka hanyalah ‘rekan bisnis’… Itu yang aku tau.

Suatu hari ketika Reza mengajakku makan di café yang biasa kami kunjungi, aku melakukan suatu kesalahan besar. Kesalahan konyol yang harusnya tak kulakukan.

“Gue lagi jatuh cinta sama seseorang yang kayanya cuma nganggap gue gak lebih dari teman, dan itu bikin gue muak…” kataku pada Reza ketika dia bertanya kenapa akhir-akhir ini aku selalu update status galau baik di BBM maupun twitter.

“Yaela Rin, masa lo mau nyerah sebelum perang sih? Emang lo udah tunjukkin ke orang itu tentang perasaan lo?”

“Sebenernya sih udah, tapi dianya aja yang gak peka-peka…”

“Usaha lo kurang kali….. emang siapa sih cowok yang bisa menggetarkan hati cewek se-cuek lo?”

“elo.” Jawabku singkat.

“……”

Reza menatapku diam, hanya beberapa sepersekian detik. Kemudian …. “hahahahahaa….. gak lucu ah”

Ia tertawa.

“Emang gak ada yang lucu kok. Dan lo emang gak peka” jawabku datar sambil mengutak-atik ponselku.

Aku bingung, entah kenapa rasanya begitu mudah kuucapkan kalimat itu. Kalimat yang secara tak langsung membuat Reza tau mengenai perasaanku padanya.

“Gue gak percaya, ah.”

“kenapa?”

“karena selama ini sikap lo ke gue sama sekali gak nunjukkin kalo lo suka sama gue. Just like friend…. Gak lebih”, komentar Reza mengenai perasaanku.

Menyebalkan.

“hahahaha…” aku tertawa, kehabisan kata-kata. Aku bingung harus bilang apa? Dan Reza menatapku dengan tatapan aneh.

“Yaudah, gue balik duluan deh kalo gitu. Barusan nyokap SMS minta di temenin belanja. Dagh…”

Aku menyerut tetesan terakhir minumanku, kemudian berlalu begitu saja dari pandangan Reza.

Foolish… apa yang baru saja aku lakukan?

Tak lama aku menjauh dari café itu, Reza mengirimkan aku sebuah pesan di BBM…
buktikan kalo memang apa yang kamu bilang itu benar’

Aku tersenyum. Kemudian bayang-bayang kebahagiaan mulai menyeruak dipikiranku.

‘ok :)’

Yang aku pikirkan saat ini adalah, Reza memberiku kesempatan itu. Kesempatan untuk memilikinya.

***

Setelah apa yang terejadi di café itu, komunikasi antara aku dan Reza mulai berubah. Mulai ada rasa canggung di setiap kali kami ngobrol di BBM.

Ya, dia mulai cuek. Bersikap acuh tak acuh. Membuatku labil. Terkadang aku ingin membalasnya dengan cuek juga, namun terkadang aku tak kuat jika harus cuekkin dia. Aku hanya harus membuatnya yakin bahwa aku benar-benar menyukainya. Itu pintanya.

Sudah seminggu kami tak bertemu. Katanya ia sibuk kuliah dan kegiatan lainnya. Selama seminggu itu komunikasi hanya berlangsung dari BBM. Namun semuanya sudah ‘berbeda’…

Sikapnya padaku secara perlahan berubah. Membuatku kesal. Bingung. Ragu. Dan sebagainya. Hingga akhirnya aku lelah, aku menyerah untuk membuatnya yakin. Dan lucunya ia menyadari hal itu.

Lo kenapa sih?’ Tanya cowok berusia 21 tahun itu ketika aku mulai jarang nge-BBMin dia.

‘menurut lo?’ jawabku ketus.

Kenapa lo cuekkin gue?’

‘gue capek. Gue rasa usaha gue buat ngeyakinin lo mengenai perasaan ini gak aka nada hasilnya’

‘oh, gitu. Trus sekarang mau ngejauhin gue?’

Ya begitulah pembicaraan kami di BBM. Reza marah, atau kesal, atau tak terima jika aku menjauhinya. Secara tak langsung itu membuatku merasa bahwa dia membutuhkan aku… dan akhirnya hatiku luluh lagi. Aku kembali mengaguminya. Kembali melakukan hal-hal konyol demi membuktikan perasaan ini padanya.

Namun, tak ada hasil apapun. Kian hari, aku semakin merasa bahwa Reza hanya mempermainkan aku. Apalagi kini ia sudah tak mau lagi bertemu denganku. Ada saja alasannya, tugas lah, kuliah lah, inilah, itulah…. Dan semua itu membuatku muak.

‘gue nyerah….’

‘yaelah Rin, belom apa-apa udah nyerah?’

‘Za, ini hati. Bukan mainan. Bukan bahan percobaan yang harus diuji beberapa kali. Gue sayang sama lo, gue suka, gue cinta. Tapi kalo emang lo gak akan pernah buka hati buat gue, just tell me. Jangan buat gue berharap. Gue capek!’

Setelah mengirim pesan BBM tersebut, aku langsung menghapus contactnya dari BBMku.

Dan akhirnya komunikasi itu hilang begitu saja.

Raib. Hingga yang tersisa hanya aku dan perasaan ini.

Aku masih bingung, siapa yang salah? Kenapa aku bisa mencintainya? Kenapa aku tak bisa membuktikan padanya bahwa aku suka dia? Dan sekarang semua usai begitu saja sejak aku menghapus kontak BBM nya. Kenapa semua seolah simple banget ya?

***

3 bulan berlalu…. Komunikasi antara aku dan Reza benar-benar terputus. Namun perasaan yang ada dihatiku belum hilang 100%.

Reza menghilang begitu saja. Bahkan ia tak pernah lagi membalas mention-ku di twitter. Mungkin ia sakit hati karena aku menghapus kontak BBM-nya begitu saja. Tapi aku lebih sakit hati karena ia tak memberiku kesempatan untuk memilikinya.

Terakhir aku mendapat kabar dari seorang teman bahwa sekarang ia sudah tak di Jakarta. Ia sudah pindah ke luar kota. Dan anehnya, kabar itu ku dapat dari Tania. Tania si cewek keturunan Jawa yang juga sudah lama tak pernah berjumpa denganku.

lo dimana sekarang, Tan?’

‘gue udah balik ke Surabaya… hehehe’

‘yah, kita ga bisa jalan lagi donk…’

‘hehehe.. oh ya Rin. Dapat salam dari Reza :)’

‘Reza?’

‘iya, masa lupa sama temen sendiri…’

Percakapan di BBM itu berakhir disitu. Ternyata Reza dan Tania masih berteman baik. Apa jangan-jangan Tania tau mengenai apa yang terjadi antara aku dan Reza?

Setelah pembicaraan ku dan Tania di BBM itu, aku jadi penasaran, bagaimana keadaan Reza sekarang? Aku sangat ingin bertemu dengannya lagi. Aku kangen dia.

Andai saja aku tak pernah jatuh cinta padanya, pasti aku takkan pernah menghapus kontak BBMnya. Bisa jadi saat ini kami masih berteman baik. Penyesalan yang percuma.

Kemudian aku telusuri semua hal yang bersangkutan dengan Reza, kumulai dari Tania. Karena sepertinya Tania cukup tau banyak hal tentang Reza saat ini. Hampir setiap hari aku stalking twitternya, berharap ada informasi mengenai Reza….

Selama beberapa hari, aku tak menemukan apapun. Timeline twitter Tania hanya berisi mentionan dengan pacarnya.  Tak ada informasi apapun soal Reza… Namun entah kenapa rasa penasaranku masih saja memaksa untuk mengubek-ubek twitternya Tania.

Dan sebuah kejutan besar. Ternyata orang yang selama ini aku cari-cari adalah orang yang username twitternya selalu muncul di timeline Tania. Ya, pacarnya…. Pacarnya Tania itu adalah Reza.

Reza yang dulu sangat amat dekat denganku. Reza yang dulu kuperkenalkan dengan Tania. Reza yang aku sukai.

Sekarang ia sudah jadi kekasih orang. Dan orang itu adalah temanku sendiri, Tania.

Aku merasa hancur ketika mengetahui kejutan tersebut.. dan, sampai saat ini aku masih belum bisa percaya, Reza adalah kekasih Tania…….

Za, gue gak tau harus bilang apa.
Rasanya, Sakit.

~the end~


*maaf kisahnya gajelas…. Huft*

 baca cerpen lainnya disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thanks for read and please leave a comment :)

FOLLOWERS