“kenalin, ini Tania.”
“Tania…”
“Reza…”
Kedua temanku itu berjabat tangan sesaat sebagai salam
perkenalan. “So, Tan.. ini Reza yang kemarin gue ceritain soal design grafis itu.”
Tania tersenyum, dan kami bertiga melewatkan pembicaraan
asik di café itu.
Pembicaraan yang mengawali semuanya. Semua dilema yang
terpaksa harus kualami.
***
“Lo uda lama kenal sama Tania?”
“belum sih, emang kenapa?”
“Ya gak papa, cuma amazing
aja kayanya kalian udah temenan lama…”
Kira-kira begitulah percakapan antara aku dan Reza ketika
dia mengantarkanku pulang setelah pertemuan dengan Tania tadi.
Reza, seorang cowok yang baru ku kenal beberapa bulan
terakhir. Kami kenal di dunia maya, dan perkenalan itu merambat ke dunia nyata
hingga membuat aku ‘mengenalnya’. Sedangkan Tania, seorang cewek yang juga ku
kenal di dunia maya, dan kami berteman baik meski baru kenal beberapa minggu
terakhir. Aku mempertemukan kedua sosok itu untuk suatu keperluan, bisnis. Tapi
aku sama sekali tak menyangka bahwa ‘pertemuan’ itu berujung pahit untukku.
Tak lama di perjalanan, akhirnya aku tiba di rumahku. Dan
cowok berkacamata itu langsung pulang ke rumahnya berhubung waktu sudah
menunjukkan pukul 11 malam.
“Thanks ya udah kenalin gue sama Tania. Semoga semuanya
berjalan lancar”… ini kalimat Reza sebelum ia dan mobil sedannya berlalu dari
halaman depan rumahku.
Aku suka dia.
Aku sudah menyadari perasaan ini sejak sebulan yang lalu.
Sejak ia bersikap ‘seolah-olah menyukaiku’. Entahlah apa aku yang terlalu
keGRan atau memang ia menyukaiku? Entahlah.
Pertemananku dan Reza tadinya biasa-biasa saja. Namun semua
menjadi tak biasa setelah ‘kejadian’ itu. Kejadian yang membuatku tertarik
padanya, kejadian yang membuatku mengira bahwa ia tertarik padaku, kejadian
yang membuatku menyukainya, membuatku ingin memilikinya.
Ya, kejadian saat ia marah ketika aku cuek padanya, saat ia
berusaha mencari perhatian dariku, saat ia selalu mengawali pembicaraan di BBM, twitter, facebook, dll. Dia yang
mengawali semuanya. Perasaan ini pun, dia yang menyebabkannya. Kalau saja ia
tak bersikap seperti ‘itu’, mungkin perasaan ini takkan pernah muncul.
Ah, semua sudah
terjadi. Aku sudah terlanjur jatuh cinta padanya.
Entahlah Reza menyadari perasaanku ini atau tidak. Entahlah
apa dia benar menyukaiku atau tidak. Entahlah rasa ini benar-benar cinta atau
hanya kagum sementara… Entahlah.
Entahlah rasa ini akan terbalas, atau tidak.
***
~Sebulan Kemudian~
Kudengar, bisnis proyek yang dijalankan oleh Reza dan Tania
berjalan lancar. Aku turut bahagia mendengar kabar baik itu. Namun, aku tak
pernah tau sejauh apa pertemanan antara kedua insan yang sama-sama keturuan
Jawa itu. Yang aku tahu selama ini mereka hanyalah ‘rekan bisnis’… Itu yang aku tau.
Suatu hari ketika Reza mengajakku makan di café yang biasa
kami kunjungi, aku melakukan suatu kesalahan besar. Kesalahan konyol yang
harusnya tak kulakukan.
“Gue lagi jatuh cinta sama seseorang yang kayanya cuma
nganggap gue gak lebih dari teman, dan itu bikin gue muak…” kataku pada Reza
ketika dia bertanya kenapa akhir-akhir ini aku selalu update status galau baik di BBM maupun twitter.
“Yaela Rin, masa lo mau nyerah sebelum perang sih? Emang lo
udah tunjukkin ke orang itu tentang perasaan lo?”
“Sebenernya sih udah, tapi dianya aja yang gak peka-peka…”
“Usaha lo kurang kali….. emang siapa sih cowok yang bisa
menggetarkan hati cewek se-cuek lo?”
“elo.” Jawabku singkat.
“……”
Reza menatapku diam, hanya beberapa sepersekian detik. Kemudian
…. “hahahahahaa….. gak lucu ah”
Ia tertawa.
“Emang gak ada yang lucu kok. Dan lo emang gak peka” jawabku
datar sambil mengutak-atik ponselku.
Aku bingung, entah kenapa rasanya begitu mudah kuucapkan
kalimat itu. Kalimat yang secara tak langsung membuat Reza tau mengenai
perasaanku padanya.
“Gue gak percaya, ah.”
“kenapa?”
“karena selama ini sikap lo ke gue sama sekali gak nunjukkin
kalo lo suka sama gue. Just like friend….
Gak lebih”, komentar Reza mengenai perasaanku.
Menyebalkan.
“hahahaha…” aku tertawa, kehabisan kata-kata. Aku bingung
harus bilang apa? Dan Reza menatapku dengan tatapan aneh.
“Yaudah, gue balik duluan deh kalo gitu. Barusan nyokap SMS
minta di temenin belanja. Dagh…”
Aku menyerut tetesan terakhir minumanku, kemudian berlalu
begitu saja dari pandangan Reza.
Foolish… apa yang baru
saja aku lakukan?
Tak lama aku menjauh dari café itu, Reza mengirimkan aku
sebuah pesan di BBM…
‘buktikan kalo memang
apa yang kamu bilang itu benar’
Aku tersenyum. Kemudian bayang-bayang kebahagiaan mulai
menyeruak dipikiranku.
‘ok :)’
Yang aku pikirkan saat ini adalah, Reza memberiku kesempatan
itu. Kesempatan untuk memilikinya.
***
Setelah apa yang terejadi di café itu, komunikasi antara aku
dan Reza mulai berubah. Mulai ada rasa canggung di setiap kali kami ngobrol di
BBM.
Ya, dia mulai cuek. Bersikap acuh tak acuh. Membuatku labil.
Terkadang aku ingin membalasnya dengan cuek juga, namun terkadang aku tak kuat
jika harus cuekkin dia. Aku hanya harus membuatnya yakin bahwa aku benar-benar
menyukainya. Itu pintanya.
Sudah seminggu kami tak bertemu. Katanya ia sibuk kuliah dan
kegiatan lainnya. Selama seminggu itu komunikasi hanya berlangsung dari BBM.
Namun semuanya sudah ‘berbeda’…
Sikapnya padaku secara perlahan berubah. Membuatku kesal. Bingung.
Ragu. Dan sebagainya. Hingga akhirnya aku lelah, aku menyerah untuk membuatnya
yakin. Dan lucunya ia menyadari hal itu.
‘Lo kenapa sih?’ Tanya
cowok berusia 21 tahun itu ketika aku mulai jarang nge-BBMin dia.
‘menurut lo?’
jawabku ketus.
‘Kenapa lo cuekkin
gue?’
‘gue capek. Gue rasa
usaha gue buat ngeyakinin lo mengenai perasaan ini gak aka nada hasilnya’
‘oh, gitu. Trus sekarang
mau ngejauhin gue?’
Ya begitulah pembicaraan kami di BBM. Reza marah, atau
kesal, atau tak terima jika aku menjauhinya. Secara tak langsung itu membuatku
merasa bahwa dia membutuhkan aku… dan
akhirnya hatiku luluh lagi. Aku kembali mengaguminya. Kembali melakukan hal-hal
konyol demi membuktikan perasaan ini padanya.
Namun, tak ada hasil apapun. Kian hari, aku semakin merasa
bahwa Reza hanya mempermainkan aku. Apalagi kini ia sudah tak mau lagi bertemu
denganku. Ada saja alasannya, tugas lah, kuliah lah, inilah, itulah…. Dan semua
itu membuatku muak.
‘gue nyerah….’
‘yaelah Rin, belom
apa-apa udah nyerah?’
‘Za, ini hati. Bukan mainan.
Bukan bahan percobaan yang harus diuji beberapa kali. Gue sayang sama lo, gue
suka, gue cinta. Tapi kalo emang lo gak akan pernah buka hati buat gue, just
tell me. Jangan buat gue berharap. Gue capek!’
Setelah mengirim pesan BBM tersebut, aku langsung menghapus contactnya dari BBMku.
Dan akhirnya komunikasi itu hilang begitu saja.
Raib. Hingga yang tersisa hanya aku dan perasaan ini.
Aku masih bingung, siapa yang salah? Kenapa aku bisa
mencintainya? Kenapa aku tak bisa membuktikan padanya bahwa aku suka dia? Dan sekarang
semua usai begitu saja sejak aku menghapus kontak BBM nya. Kenapa semua seolah simple banget ya?
***
3 bulan berlalu…. Komunikasi antara aku dan Reza benar-benar
terputus. Namun perasaan yang ada dihatiku belum hilang 100%.
Reza menghilang begitu saja. Bahkan ia tak pernah lagi
membalas mention-ku di twitter. Mungkin ia sakit hati karena aku menghapus
kontak BBM-nya begitu saja. Tapi aku lebih sakit hati karena ia tak memberiku
kesempatan untuk memilikinya.
Terakhir aku mendapat kabar dari seorang teman bahwa
sekarang ia sudah tak di Jakarta. Ia sudah pindah ke luar kota. Dan anehnya,
kabar itu ku dapat dari Tania. Tania si cewek keturunan Jawa yang juga sudah
lama tak pernah berjumpa denganku.
‘lo dimana sekarang,
Tan?’
‘gue udah balik ke
Surabaya… hehehe’
‘yah, kita ga bisa
jalan lagi donk…’
‘hehehe.. oh ya Rin. Dapat
salam dari Reza :)’
‘Reza?’
‘iya, masa lupa sama
temen sendiri…’
Percakapan di BBM itu berakhir disitu. Ternyata Reza dan
Tania masih berteman baik. Apa jangan-jangan Tania tau mengenai apa yang
terjadi antara aku dan Reza?
Setelah pembicaraan ku dan Tania di BBM itu, aku jadi
penasaran, bagaimana keadaan Reza sekarang? Aku sangat ingin bertemu dengannya
lagi. Aku kangen dia.
Andai saja aku tak
pernah jatuh cinta padanya, pasti aku takkan pernah menghapus kontak BBMnya. Bisa
jadi saat ini kami masih berteman baik. Penyesalan yang percuma.
Kemudian aku telusuri semua hal yang bersangkutan dengan
Reza, kumulai dari Tania. Karena sepertinya Tania cukup tau banyak hal tentang
Reza saat ini. Hampir setiap hari aku stalking
twitternya, berharap ada informasi mengenai Reza….
Selama beberapa hari, aku tak menemukan apapun. Timeline
twitter Tania hanya berisi mentionan dengan pacarnya. Tak ada informasi apapun soal Reza… Namun
entah kenapa rasa penasaranku masih saja memaksa untuk mengubek-ubek twitternya
Tania.
Dan sebuah kejutan besar. Ternyata orang yang selama ini aku
cari-cari adalah orang yang username twitternya selalu muncul di timeline
Tania. Ya, pacarnya…. Pacarnya Tania itu adalah Reza.
Reza yang dulu sangat amat dekat denganku. Reza yang dulu
kuperkenalkan dengan Tania. Reza yang aku sukai.
Sekarang ia sudah jadi kekasih orang. Dan orang itu adalah
temanku sendiri, Tania.
Aku merasa hancur ketika mengetahui kejutan tersebut.. dan,
sampai saat ini aku masih belum bisa percaya, Reza adalah kekasih Tania…….
Za, gue gak tau harus bilang apa.
Rasanya, Sakit.
~the end~
*maaf kisahnya gajelas…. Huft*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thanks for read and please leave a comment :)