---
Aku berjalan tanpa arah, tak lama kemudian..
"Aku antar kamu pulang." Ikram tiba-tiba sudah ada di belakangku, ia menggenggam pergelangan tanganku.
"Aku mau pulang sendiri.."
"Gak, aku yang akan antar kamu pulang!", ia mulai meninggikan intonasinya..
"ENGGAK! Aku gak mau pulang sama kamu!" dengan paksa kucoba melepaskan genggaman Ikram di pergelangan tanganku, namun usahaku sia-sia, cengkramannya sangat kuat. Kusadari pergelangan tanganku memerah, nyeri.
"Aku gak mungkin membiarkan kamu, cewek sendirian pulang jam segini, ini udah tengah malam. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa!", genggaman Ikram semakin kuat.
"Oh, masih peduli kamu sama aku? Kamu lupa ya? Kamu itu bukan siapa-siapa lagi buat aku! Malam ini juga aku bisa kok dapat yang lebih baik dari kamu, ntar aku minta diantar pulang aja sama dia! Selesai, kan? Mending kamu lepasin tangan aku sekarang!"
"Jangan konyol ya, Cintya. Mungkin aku gagal buat jadi pacar ideal seperti yang kamu harapkan, tapi aku gak mau gagal sebagai seorang laki-laki. Aku gak mungkin membiarkan seorang cewek yang aku sayang berkeliaran sendirian tengah malam seperti ini! Aku yang tadi jemput kamu di rumah, aku juga yang akan antar kamu pulang."
Tutur panjang Ikram membuatku terdiam, sementara itu air mataku kian menetes. Baru kali ini aku tak dapat membantah perkataan seseorang. Ntahlah apa itu karena aku terlalu menyayangi Ikram, atau memang perkataannya tadi itu benar-benar membuatku tertegun?
Ingin rasanya aku berteriak !
Ikram menuntunku ke tempat dimana motornya diparkirkan, dan aku mengikutinya tanpa membantah sedikitpun.
Pikiranku campur aduk. Tak jelas ntah apa yang ada dipikiranku. Aku hanya ingin malam ini cepat selesai. Aku capek dengan pertengkaran ini.
Di perjalanan pulang, tak sedikitpun ada pembicaraan di antara kami. Ikram mengendarai motornya dengan kecepatan motor lebih dari 80km/h. Dan aku tak menghiraukan lagi hal itu. Aku tak peduli lagi jikapun akan mati konyol malam ini bersamanya. Sedikitpun aku tak berpengan pada Ikram, aku tak peduli meski aku akan terjatuh dari motor yang melaju dengan kecepatan cukup kencang ini. Air mataku masih menetes..
"Ya Tuhan, kumohon cepatlah selesaikan malam ini. Aku lelah...", doaku dalam hati.
Tak sampai 10 menit, kami tiba di rumahku.
Dan dalam hitungan detik setelah aku turun dari motornya, Ikram langsung kembali menancap gas... Dan ia menghilang dari pandanganku, dalam hitungan beberapa detik saja...
Dan akhirnya, malam ini selesai juga...
Aku masuk ke kamar,, kurebahkan tubuh ini di kasur kesayanganku.. mataku terpejam seraya meneteskan butiran air mata... Akupun terlelap, dalam sekejap....
~
Esok paginya.....
Tok tok... -ada seseorang yang menggedor pintu kamarku. Dan ketika ku buka pintunya, sudah kutebak, mama yang ada di depan pintu itu. "Cintya, mata kamu kenapa?", sontak mama kaget melihat mataku yang, yah... bengkak -__-
Aku kembali menutup pintu, tanpa menjawab pertanyaan mama...
"eh, kok ditutup lagi pintunya?", mama menahan pintu itu agar tak bisa kututup.
"Gak ada hal penting yang mau diomongin kan, ma?"
"Ada yang nungguin kamu dari tadi di depan.." jawab mama singkat kemudian meninggalkan aku begitu saja sebelum kutanya siapa yang dia maksud?
Dengan bermalas-malasan ditambah kepala yang sedikit pusing, aku berjalan keluar kamar dan membuka pintu utama rumahku. Ada Ikram disana, di teras rumahku. Aku tak kaget dengan kehadirannya.
"Cin.."
Aku menggelengkan kepalaku. "Gak. Don't talk anyting 'coz I won't hear that."
Aku berjalan perlahan menuju kursi tamu di teras itu, sedikit sempoyongan. Tangan kiriku memegangi kepala karena memang aku sangat pusing.
"Kamu sakit?"
"cuma pusing...."
"aku beliin obat ya"
"gak perlu, ada rasa sakit yang lebih parah di hati gue. and I'm fine"
Ikram menatapku dengan tatapan penyesalan. Dan aku tau aku akan menangis. Ucapan-ucapan semalam kembali terdengar di kepalaku, membuatku semakin yakin untuk menangis.
Menyadari aku mengusap airmata, Ikram langsung menghampiriku, ia berlutut di hadapanku, memegangi wajahku, mencoba melihat apakah benar aku menangis. "Cintya.."
"Jangan sentuh gue!"
Ikram tertunduk, iya menggenggam erat tanganku. "maaf", katanya dengan pelan.
"Kata maaf gak akan merubah semua kalimat2 yang udah kamu ucapkan semalam"
"Aku sama sekali gak bermaksud kaya gitu, Cint. Aku gak mau kehilangan kamu."
"Harusnya kamu pikirkan hal itu sebelum kamu ngomong seenaknya semalam. Kamu gak tau kan gimana sakitnya waktu kamu nyuruh aku buat nyari cowok lain yang bisa jadi seperti yang aku mau?"
Ikram menangis, aku tak tega melihatnya. Aku tau ia sangat-sangat menyesal dengan perkataannya semalam. Tapi hatiku juga tak kalah sakit.
"Aku pengen kamu ngerti. Yang aku mau itu kamu, bukan yang lain! Aku mau kamu jadi orang itu, orang yang bisa membuat aku bahagia, bisa membuat aku nyaman, bisa membuat aku merasa lebih baik. Yang aku mau kamu, bukan orang lain......."
Ikram memelukku. Aku tau ia menangis. Aku membalas pelukkannya dan berharap setelah ini semua akan baik-baik saja.
"Kasih aku kesempatan untuk merubah diri. Aku janji akan menjadi orang itu, orang yang kamu mau." kemudian ia menatapku. "Kita lupain kejadian semalam, anggap cuma mimpi buruk, bunga tidur... Kamu mau kan?"
"Kamu akan jadi orang itu, aku percaya sama kamu..."
Aku menangis, kuharap kali ini Ikram benar-benar akan merubah dirinya menjadi lebih baik. Karena aku tak inginkan yang lain.
aku memeluknya dengan erat..
"jangan pernah nyuruh aku buat nyari orang lain......"
Karena yang aku mau itu KAMU! Bukan yang lain :')
----- the end -----
Thank's for read :D
baca part 1 nya disini
baca cerpen lainnya disini
"Cin.."
Aku menggelengkan kepalaku. "Gak. Don't talk anyting 'coz I won't hear that."
Aku berjalan perlahan menuju kursi tamu di teras itu, sedikit sempoyongan. Tangan kiriku memegangi kepala karena memang aku sangat pusing.
"Kamu sakit?"
"cuma pusing...."
"aku beliin obat ya"
"gak perlu, ada rasa sakit yang lebih parah di hati gue. and I'm fine"
Ikram menatapku dengan tatapan penyesalan. Dan aku tau aku akan menangis. Ucapan-ucapan semalam kembali terdengar di kepalaku, membuatku semakin yakin untuk menangis.
Menyadari aku mengusap airmata, Ikram langsung menghampiriku, ia berlutut di hadapanku, memegangi wajahku, mencoba melihat apakah benar aku menangis. "Cintya.."
"Jangan sentuh gue!"
Ikram tertunduk, iya menggenggam erat tanganku. "maaf", katanya dengan pelan.
"Kata maaf gak akan merubah semua kalimat2 yang udah kamu ucapkan semalam"
"Aku sama sekali gak bermaksud kaya gitu, Cint. Aku gak mau kehilangan kamu."
"Harusnya kamu pikirkan hal itu sebelum kamu ngomong seenaknya semalam. Kamu gak tau kan gimana sakitnya waktu kamu nyuruh aku buat nyari cowok lain yang bisa jadi seperti yang aku mau?"
Ikram menangis, aku tak tega melihatnya. Aku tau ia sangat-sangat menyesal dengan perkataannya semalam. Tapi hatiku juga tak kalah sakit.
"Aku pengen kamu ngerti. Yang aku mau itu kamu, bukan yang lain! Aku mau kamu jadi orang itu, orang yang bisa membuat aku bahagia, bisa membuat aku nyaman, bisa membuat aku merasa lebih baik. Yang aku mau kamu, bukan orang lain......."
Ikram memelukku. Aku tau ia menangis. Aku membalas pelukkannya dan berharap setelah ini semua akan baik-baik saja.
"Kasih aku kesempatan untuk merubah diri. Aku janji akan menjadi orang itu, orang yang kamu mau." kemudian ia menatapku. "Kita lupain kejadian semalam, anggap cuma mimpi buruk, bunga tidur... Kamu mau kan?"
"Kamu akan jadi orang itu, aku percaya sama kamu..."
Aku menangis, kuharap kali ini Ikram benar-benar akan merubah dirinya menjadi lebih baik. Karena aku tak inginkan yang lain.
aku memeluknya dengan erat..
"jangan pernah nyuruh aku buat nyari orang lain......"
Karena yang aku mau itu KAMU! Bukan yang lain :')
----- the end -----
Thank's for read :D
baca part 1 nya disini
baca cerpen lainnya disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thanks for read and please leave a comment :)